Pernah enggak ketika ngeliat postingan di media sosial pada umumnya, merasa kalau beberapa orang sering sekali memperlihatkan apa yang mereka miliki?
Bukan, bukan salah. sah sah aja, itu milik mereka, boleh boleh aja toh itu mereka boleh usaha.
Tapi pernah enggak merasa ingin juga memperlihatkan apa yang kita punya, yang mungkin mereka juga punya namun punya kita lebih unik aja?
Nah, setahun belakangan ini saya merasa begitu. Mau nunjukin apa ya? Pacar belum punya, Rumah? belum ada juga, Mobil? ada juga Hotwheels, NgeGym? saya jarang olah raga (yang mana mulai saya sesali karena Umur tidak pernah bohong), Jalan jalan? ya bisa sih cuma keadaan dan satu lain hal membuat saya susah bervakansi..
Terlintas untuk pamer soal bacaan, memang saya slow reader, terutama untuk buku berbahasa asing, butuh usaha ekstra dan waktu yang dua-tiga kali lebih lama, tapi kalau soal bacaan sangat mungkin sekali kalau apa yang saya punya menjadi unik.
Saya percaya kalau tidak ada novel yang jelek atau bagus, novel adalah salah satu bentuk karya sastra, udah itu aja, karena pada akhirnya penggolongan bagus atau jelek itu tergantu dari yang baca, tergantung cocok atau enggak.
Buat satu orang sebuah novel bisa menyenangkan dibaca tapi buat orang lain mungkin baru satu bab sudah kehilangan selera, atau sebaliknya.
Dua bulan lalu saya baca novel jepang karya Haruki Murakami dengan judul Kronik Burung Pegas, atau dalam bahasa inggrisnya Wind Up Chronicle Bird, apakah bagus? sangat bagus, tapi karena novel ini adalah novel sastra jepang terjemahan pertama saya, cukup kaget karean selain tebalnya 900an halaman, tema yang umumnya penulis negeri matahari terbit ini adalah kesendirian dan kontemplasi diri, yang tidak pernah dibayangkan oleh saya.
Maklum karena sebelumnya saya baca novel terjemahan penulis asian american yang lebih menyoroti soal hubungan keluarga, juga buku ko Edward Suhadi tentang rangkuman postingan instagramnya yang isinya menerangkan.
Sempat kehilangan selera untuk baca, cuma menurut seseorang yang kata katanya pernah saya dengar/baca dimana gitu, kalau merasa stuck, coba baca aja terus, apalagi novel ini sudah terjemahan seharusnya tidak adalah barrier bahasa untuk memahami, dan pada akhirnya selesai sih, pengen baca karya karya Haruki Murakami dan novelis jepang lainnya, karena tema kesendirian relatif baru buat saya juga.
Semingguan ini saya merasa kalau selama tiga puluh dua tahun hidup, sangat amat sedikit sekali buku yang saya baca, sehingga saya memutuskan untuk coba membaca 100 buku yang listnya bertebaran digoodreads, dimulai dari The Count Of Monte Cristo karya Alexandre Dumas, lebih tebal dibanding Kronik Burung Pegas, dengan cerita yang sejauh ini (seperlima sudah saya baca) nagih untuk membalik halaman.
Alasannya kenapa saya pilih 100 buku itu? karean mayoritas buku itu buku lama yang usianya udah tua, dan mayoritas sudah tersedia EPUBnya di Project Gutenberg, win win solution untuk saya yang pengen baca tanpa harus mengeluarkan uang lebih, walaupun untuk novel novel klasik yang saya baca nantinya dan sangat mengesankan, tetap saya usahakan dapat versi cetaknya š
Inilah usaha pamer versi saya, yang kemungkinan sangat aman dibanding pamer harta, dan lebih aman karena namanya juga opini atas suatu karya itu subyektif, jadi selama nilainya didasari oleh alasan ya menilai sebuah karya bagus atau jelek, jadi sah sah aja.
Ciao!
Photo by Hayffield L on Unsplash