Love And Other Drugs, For me…

Well, saya baru saja selesai nonton film Love and Other Drugs(2010), well ini 18+ Filmnya jadi yang masih dibawah umur tolonglah jangan coba coba nonton, nanti kalau ditanya orang tua atau pas ke gep nonton ngomongnya karena baca film itu di blog saya.

cerita tentang seorang pria bernama Jamie, yang diperankan Jake Gyllenhaal dan Maggie yang diperankan oleh Anne Hathaway, Jamie ini sales obat, dengan segudang pengalaman “ML” dan bisa melejit karena jualan viagra, sedangkan Maggie adalah wanita mandiri yang gak mau diikat dengan hubungan dan lebih memilih untuk “ONS” dengan pria.

Maggie ini bukan tanpa alasan, dan dia bukan PSK ya, dia memilih ONS Karena dia mengidap penyakit Parkinson, selama yang saya tahu parkinson itu tidak bisa diobati, cuma bisa di treatment, dan Maggie gak mau membuat dirinya jadi beban buat orang yang bersama dia, makanya dia lebih milih ONS.

selengkapnya? silahkan nonton sendiri.

emang beberapa hari ini lagi senang menonton film yang punya drama romance, dan sebelum film ini saya nonton Happy Dorm (ini parah sih, gak ada subs sama sekali, jadi cuma nebak nebak ini bicara apasih), sebelumnya marathon Altered Carbon 1-2 (ini series R rated ya jangan nonton buat yang dibawah umur) dan semuanya berkaitan dengan relationship (dalam berbagai keadaan dan situasi ya)

jadi kepikiran, bukannya hubungan itu harusnya bisa bertahan disetiap kondisi? mungkin referensi saya cuma film ya, bukan kehidupan nyata (ya kali, saya nikah aja belom) tapi seenggaknya ada orang tua saya yang sudah jadi bukti, pahit dan manis mereka lalui, sampai papa dipanggil.

balik ke topik tulisan, cuma ada satu pertanyaan dikepala selesai nonton film ini :

“suatu saat nanti, mau gak nerima kekurangan pasangan, even itu sesuatu yang menjadikan dia gak sempurna lagi?”

kata kuncinya “mau” karena kalau pertanyaannya “bisa atau gak?” ya bisa gak bisa tergantung mau atau gak.

at least, saya nganggap semua film diatas itu sebagai pembelajaran sih, mungkin agak ngayal, tapi semua teori yang ada saat ini pun dimulai dari khayalan, khayalan tentang “bagaimana”

so, apakah film ini bagus? menurut saya bagus banget, terlepas komedinya yang emang bikin hepi, tapi ada nilai dari film ini.

seperti yang selalu saya tulis di blog ini beberapa tahun yang lalu,

film yang bagus itu jadi tuntunan, bukan cuma tontonan,

dan film ini punya nilai yang seenggaknya membuat kita bertanya

“mau atau gak?”